Follower

20100329

Hakikat Sabar

dari peti mail....

Hakikat Sabar (1)
Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.

~ Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan Sabar dalam Iman laksana Kepala bagi seluruh tubuh. Apabila Kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95)

Pengertian Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada ALLAH, menahannya dari perbuatan maksiat kepada ALLAH, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir ALLAH….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)



Macam-Macam Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:

1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada ALLAH
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan ALLAH
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir ALLAH yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Sebab Meraih Kemuliaan
Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih.


Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini.

Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman ALLAH ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).

Yaitu mintalah pertolongan kepada ALLAH dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga.

ALLAH ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).

ALLAH juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).

Selain itu ALLAH pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman ALLAH ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah [32]: 24) (Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375)


Sabar Dalam Ketaatan

Sabar Dalam Menuntut Ilmu
Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian , mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya".


Semoga ALLAH merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari ALLAH.” (Taisirul wushul, hal. 12-13)

Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu
Syaikh Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada ALLAH menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.

Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah ALLAH sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong” (Taisirul wushul, hal. 13)

Sabar Dalam Berdakwah
Syaikh Nu’man mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama ALLAH harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul.

Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang.”

Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.

Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.” (Taisirul wushul, hal. 13-14)

Sabar dan Kemenangan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “ALLAH ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).

Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/ kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika ALLAH menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.

Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama ALLAH yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.

ALLAH ta’ala berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52).

Begitu juga ALLAH ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Sabar di atas Islam
Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122).

Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan ALLAH. (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123)


Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi ALLAH, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini…” (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133) Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.


Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.


Ingatlah firman ALLAH ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 102).


Ingatlah juga janji ALLAH yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada ALLAH niscaya akan ALLAH berikan jalan keluar dan ALLAH akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq [65] : 2-3).


Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624). (Syarh Arba’in Ibnu ‘Utsaimin, hal. 200)


Sabar Menjauhi Maksiat

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada ALLAH, sehingga dia berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya.

~ Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Allah ‘azza wa jalla di dalam muhkam al-Qur’an.

Di antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh ALLAH ke dalam lautan, ada pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan oleh ALLAH ke dalam perut bumi, dan ada juga di antara mereka yang di rubah bentuk fisiknya (dikutuk).”


Pentahqiq kitab tersebut memberikan catatan, “Syaikh memberikan isyarat terhadap sebuah ayat, “Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan ALLAH sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 40).


“Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab saja yaitu maksiat kepada ALLAH tabaaraka wa ta’ala. Karena hak ALLAH adalah untuk ditaati tidak boleh didurhakai, maka kemaksiatan kepada ALLAH merupakan kejahatan yang sangat mungkar yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan maksiat kepada ALLAH. Janganlah mendekatinya.


Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada ALLAH dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta ampunan dan menyesalinya di hadapan ALLAH. Dan hendaknya dia mengikuti kejelekan-kejelekan nya dengan berbuat kebaikan-kebaikan. Sebagaimana difirmankan ALLAH ‘azza wa jalla, “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-kejelekan .” (QS. Huud [11] : 114).

Dan juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.” (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul Mashaabih 5043)…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)


Sabar Menerima Takdir

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Macam ketiga dari macam-macam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan keputusan ALLAH serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba- Nya. Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan ALLAH lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan ALLAH di alam semesta…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)


Sabar dan Tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir ALLAH termasuk cabang keimanan kepada ALLAH)


Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.


Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan ALLAH kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.


Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh ALLAH jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hamba- Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.

Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman ALLAH jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “ALLAH ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya AKU mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan AKU menguji (manusia) dengan dirimu’.”


Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.


Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir ALLAH yang terasa menyakitkan.”


Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga ALLAH merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir ALLAH.


Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.


Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.


Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.


Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”


Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada ALLAH adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir ALLAH. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan” (At Tamhiid, hal.389-391)

***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

20100327

Diari Minggu Ini.. ^^

syukur kehadrat ilahi kerana ana diberikan peluang untuk berbicara sebentar pada hari ini. minggu ini merupakan minggu yang memenatkan bagi ana. buat pertama kalinya ana menjalani praktikum selama sebulan yang bermula pada hari ahad lepas. sebelum praktikum, ana telah bersemangat untuk menjalani sesi mengajar ini. semuanya kerana jiwa ana yang suka mengajar anak2 kecil yang akan menjadi pemimpin negara kelak.

bagi sesi praktikum fasa 1 ini, ana dibimbing oleh guru pembimbing yang hebat iaitu cikgu zakaria. syukurlah, beliau seorang yang amat sempoi dan sentiasa memberikan kerjasama kepada ana. lupa pula ana nak bgtahu, ana menjalani sesi praktikum di Sekolah Kebangsaan Apal. sekolah yang boleh dikelaskan sebagai sekolah sederhana murid kerana setiap darjah cuma ada 2 kelas sahaja.

cikgu di sekolah ini, baik2 semuanya. semuanya memberikan komitmen dan kerjasama kepada ana dan rakan2. insyaallah, kerjasama ini akan kekal selama2nya. dalam sesi praktikum ini juga, ana diberikan tanggungjawab mengajar 4 Teratai dan 5 Murni untuk mata pelajaran kajian tempatan dan pendidikan sivik. bertambah siviklah ana sewaktu mengajar adik2 ini. banyak perkara yang berlaku, dan semuanya menggembirakan ana. membuatkan ana tersenyum keseorangan tiba2 apabila teringat perkara tersebut.

pada hari khamis hingga tengahari catatan ini ditulis iaitu pada hari sabtu, ana telah menghadiri jemputan menjadi fasilitator bagi Kem Motivasi Kepimpinan Pelajar 2010 di SK Alor Lintah, Besut. dalam program ini, ana diberikan tanggungjawab oleh abg kir dan abg din utk menjadi kem komandan.

ramai fasi yang terlibat dalam kem ini, antaranya zuhairi, shamel, emir, bad, noor, wani, saa dan sal. semuanya fasi2 yang mantap dan meletup. hehehe,,,,,,

semasa program berlangsung, ana masih mengekalkan nama ana dalam setiap program yang ana pergi. ana kenalkan diri ana sebagai abg fahmi @ abg kacaq. pasti ramai yang tertanya, kacaq sangat ke? hehehe,,, sebenarnya KACAQ tersebut ada maksud tersendiri, biarlah ana jua yg mengetahui. =P

ramai yang tergelak dengan tingkah laku ana semasa program berlangsung, fasi dan peserta sama2 tergelak dengan telatah ana. tidak ana nafikan yang ana tidak pandai berbuat lawak dengan orang dewasa, namun bagi membuat seorang kanak2 ketawa, insyaallah ana mampu.

dalam kem ini, ana diberikan tanggungjawab mengetui slot pembahagian kumpulan dan slot kembara bermisi. walaupun ada beberapa perkara yg berlaku, namun bagi ana, ini adalah percubaan pertama utk di peringkat sekolah rendah. ada beberapa kelemahan dan insyaallah ia boleh di perbaiki lagi kelak.

ana juga diberikan peluang oleh nor, ketua fasi kem ini utk mengetuai slot recall pada hari sabtu. ana mulakan slot ana dengan meminta adik2 menulis surat kepada abg2 dan kakak2 fasi. banyak yg menulis surat dengan ayat yg lebih kurang sama, tp xde mslh sbbnya semuanya masih lagi di sekolah rendah, maka kurang sedikit dalam menulis karangan.

selepas slot menulis surat ini, ana bawa adik2 ini utk melihat mengenai kawan mereka. ada yg menangis dan ada yg tidak. bg ana, bila ada yg menangis ia sudah membuktikan sedikit kejayaan pada ana. selesai mengenai kepentingan sahabat. ana minta adik2 tulis surat dan azam mereka kepada ibubapa mereka. ramai yang ana lihat menulis dengan bersungguh2. seronok jua pabila ana lihat keadaan ini.

selepas sahaja sesi majlis penyerahan watikah oleh inspektor dari IPD besut, ana minta pengacara beritahu kepada ibu bapa dan adik2 tggu sebentar di dewan. dan ana mulakan langkah ana, menyedarkan adik2 mengenai sayangnya ibubapa mereka kepada mereka. ada adik2 yg menangis dan ada juga ibu bapa yg ana lihat menitiskan air mata apabila mendengar bait2 ucapan ana.

ini sbnrnya kali pertama ana menjadi seorang fasi slot seperti ini. dan bagi ana, jika diberi gred ABC, ana rasa ana dapat B. dan ia sudah amat baik bagi ana yg pertama kali melakukan sesi slot ini.

sepanjang program ini, ana harapkan semua adik2 ana ini, belajar rajin2 dan menghormati ibubapa mereka. dan inilah perkara yg ana tekankan selama program ini berlangsung.

sedikit gambar utk tatapan anda semua:~


Bersama adik2 yg baik2. yg baju putih tu, nama dia Aiman. muka dia sama macam adik angkat ana yg bernama syafiq. ^^

surat daripada salah seorang peserta kepada ana.

ini pula surat daripada aiman kepada ana. dia antara adik fasi yg ana sayang pada kem ini.


lukisan daripada murid 4 Teratai. katanya ini muka ana. xsangka,, hensem jugak ana ni. hehehe,,,,,

20100315

Sekadar Cebisan Minda Yang Rendah

syukur ke hadrat ilahi kerana ana diberikan peluang utk kembali manulis di blog ana ini. bukannya ana sibuk dalam kehidupan sehari-hari tapi kerna tiada isu dan perkara yg ingin ana kupaskan dan kongsikan bersama. dan kerna hari ini, ana ada masa yg terluang, maka ana rasakan tidak ada salahnya utk ana menulis.

utk pengetahuan semua, sekarang ini ana sedang dalam cuti kuliah. biasalah, sebagai seorang bakal guru, apabila muridnya cuti, maka cikgu pn bercuti juga. inilah untungnya jadi cikgu. hehehe,,,,,,

sebelum cuti, ana ada bersembang dengan beberapa adik-adik junior ana, perempuan kesemuanya. (ini xbermakna ana gatal yer. hehehe,,,,,) topik yg ana bincangkan mengenai KAHWIN. hantaran dan pinangan. semuanya mengenai pandangan ana sahaja. xde kaitan dengan orang lain. jadi bila ana kongsikan disini, harap xde yang marah ana. ^^

bila berkata mengenai hantaran, kebanyakannya muslimah pasti menjawab nak lebih dari sepuluh ribu, belas2 ribu. apabila ditanya kenapa nak berpuluh2 ribu?? jawapannya mudah, barulah nampak yang kita ni perempuan yang baik.

dah macam jual barang pulak ana rasa. makin cantik, makin baik, makin mahal? kalau murah, adakah tandanya xcantik, xbegitu baik dan xmenepati ciri2 muslimah yg soleh? jika beginilah pemikiran kita, makin kuranglah isteri yang berkualiti dan menepati ciri2 hukum syarak. sebab yang dijaga adalah kecantikan, ciri2 seperti memasak, mengaji dan mendidik adakah masih diambil kira?

berapa ramaikah perempuan cantik, yg menjaga tangan dari terkena sabun, menjaga muka dari terkena panas, dan menjaga kaki dari lecak, yg tahu utk memasak? mengemas rumah? dan mendidik anak2 mereka kelak?

persoalan ini perlu kita fikirkan bersama,,,,,, kebanyakan ibu bapa, beranggapan seperti yg ana utarakan diatas. perkara seperti anaknya reti memasak, mengemas rumah dn mendidik adakah diambil kira? pastinya tidak.

bagi ana, seorang perempuan yang baik adalah semakin murah hantaran pinangannya. bukannya ana menyebelahi seorang lelaki kerna ana juga lelaki tapi kerna ana merasakan pemikiran kita perlu berubah.

adakah dengan wang hantaran pinangan yg mahal, anak2 kita akan hidup bahagia selepas itu? rasanya tidak...
adakah dengan wang hantaran pingangan yg murah, anak2 kita akan merana hidupnya selepas itu? rasanya tidak...

sebenarnya, ana pernah melihat situasi meminang. ada satu ayat yg masih ana ingat semasa penentuan kos. ibu bapa pengantin perempuan berkata "saya bukan nak jual anak, bagi saya biarlah kosnya boleh ditanggung oleh pihak lelaki. yg penting mereka bahagia selepas perkahwinan nanti"

bila kosnya mahal, sudah umpama menjual anak. orang sekeliling pasti akan rasa kagum jika anak kita dipinang dengan kos yg mahal, namun fikirkan pula bagi pihak lelaki pula. adakah senang utk mereka mencari wang sebanyak yg kita mahukan itu?

pasti ada ibu bapa yang berkata, "itu dia pnye pasal la, dia yg nak kawin dgn anak ak, kena la ikut berapa aku nak." jika beginilah pemikiran ibu bapa tersebut, maka tingkat pemikiran moral ibu bapa ini mungkin berada pada tahap rendah atau sederhana.

cuba bayangkan lagi, sedang elok2 anak perempuan anda ingin dipinang, pihak lelaki terpaksa membatalkan hasrat utk meminang. betapa malu rasanya pada masa tersebut.

bagi ana, kita perlu berubah. terutama golongan perempuan yg belum berkahwin. fikirkan mengenai bakal suami anda dan diri anda kelak. apabila anda sama2 berfikir, maka barulah anda dapat merancang bagaimana kehidupan anda kelak.

sampai sini sahaja utk kali ini, sama2 kita renung2kan dan selamat beramal ^^

20100304

Sekadar Kisah

“Meoww!!!” seekor kucing menjerit kesakitan.

Malam itu malam yang malang buat si kucing. Dia tidur dengan kesakitan dan kemarahan. Perutnya senak disepak tanpa hujung pangkalnya.

“Apa salah aku?” menung si kucing di balik almari.

PETANG ITU

“Kenapa awak lewat fakskan dokumen tersebut?” tanya seorang CEO kepada setiausahanya.

“Err, Pengurus Jualan lewat menyerahkannya kepada saya” jawab beliau. Terketar-ketar.

“Ahhh! Macam-macam alasan awak. Saya bosan mendengarnya. Pergi semula kepada Pengurus Jualan dan betulkan dokumen tersebut. Sudahlah lewat. Salah pula tu!” bentak bos besar.

Marah sungguh.

Setiausahanya dengan muka yang merah padam meninggalkan pejabat beliau menuju kepada Pengurus Jualan.

“Itulah tuan! Tuan yang lewat serahkan dokumen tersebut, saya pula yang kena marah. Dokumen salah pula tu!” kata Setiausaha CEO tersebut.

Pengurus Jualan terkejut.

Awak kalau nak berurusan dengan saya, ketuk pintu dahulu. Itu pun awak tak tahu ke?” Pengurus Jualan meninggikan suara.

“Ahhh! Sudahlah. Ketuk pintu ke, tak ketuk pintu ke, Tuan tetap lewat serahkan semuanya kepada saya. Ambil dokumen ini dan betulkan semula!” Setiausaha CEO menghempas segenggam dokumen itu ke meja.

Beliau terus meninggalkan Pengurus Jualan.

Sama-sama marah.

Petang itu sungguh tercemar bagi Pengurus Jualan. Geram dengan sikap Setiausaha CEO yang tidak tahu berbudi bahasa. Geram dan marah dirinya diburukkan lagi oleh kesesakan jalanraya luar biasa.

“Aduh! Sempatkah aku kejar siaran Berita malam ini?” Pengurus Jualan sudah bengang.

Kemungkinan besar beliau tidak sempat melihat siaran temuramah siaran Berita TV10 dengannya siang tadi. Tiba di rumah, jam sudah mencecah 8:30 malam. Sebaik sahaja beliau melangkah masuk ke rumah, isterinya dengan wajah berkerut di dahi menunggu di ruang tamu.

“Kenapa dengan awak?” tanya Pengurus Jualan kepada isterinya.

“Abang pakai baju comot sangat di televisyen tadi. Kawan saya telefon. Katanya saya tak jaga makan pakai suami!” kata sang isteri yang sebenarnya mahu bergurau dengan suami.

“Ahhh! Aku banyak masalah, itu pula yang disibukkannya! Makan malam dah siap ke???” tengking si suami yang sedang baran.

Si isteri sangat terkejut dengan amarah suaminya malam itu. Niat asal mahu bergurau berubah menjadi musibah. Tanpa banyak bicara beliau segera menuju ke dapur.

“Mama, tengok lukisan Adam! Cantik tak?” tiba-tiba si anak muncul di dapur dengan sekeping lukisan di tangan.

“Ahhh, sibuk sahaja kamu ni. Lukisan, lukisan, lukisan. Menghabiskan kertas A4 sahaja. Pergi naik atas buat kerja sekolah!” si ibu menengking anaknya.

Adam sungguh terkejut. Tidak sangka lukisannya berakhir dengan kemarahan si ibu.

Tiba-tiba kucing kesayangannya datang menggosok-gosokkan badan di kaki Adam.

“Meowww!!!” kucing itu menjerit.

Adam menyepak si kucing dengan penuh kemarahan.

Soalannya, siapakah sebenarnya yang menyepak si kucing malang itu?

Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, seorang lelaki datang kepada Nabi sallallaahu ‘alayhi wa sallam dan meminta wasiat (nasihat) daripada Baginda. Lalu Baginda sallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:


“Janganlah kamu marah! (Baginda mengulangnya beberapa kali dengan pesan yang sama: Janganlah kamu marah! Janganlah kamu marah! Janganlah kamu marah!” [Hadith riwayat al-Bukhari]

Besarlah pahala suami, isteri, anak, malah majikan, atau setiausahanya yang berjaya memberhentikan musibah berantai ini.